Jumat, 06 Januari 2012

Patogenesis Mikroorganisme/parasit Penyebab Diare



Infeksi bakteri secara umum:
1. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui rute gastrointestinal. 
2. Sesampainya di lambung, bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, tetapi apabila       jumlah bakteri cukup banyak, ada bakteri yang dapat  lolos sampai ke dalam duodenum.
3. Di dalam duodenum,bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per mililiter cairan usus halus.
4. Dengan memproduksi enzim urinase, bakteri akan mencairkan lapisan lendir
dengan menutupi permukaan sel epitel mukosa usus sehingga bakteri dapat masuk
ke dalam membran sel epitel mukosa.
5. Ada dua cara bergantung pada bakteri apa yang menginfeksi:
a. Bakteri langsung menginvasi sel epitel mukosa usus sehingga sel epitel rusak,
terbuka, dan lepas.
b. Bakteri mengeluarkan toksin yang menyebabkan ATPcAMP. cAMP
merangsang sekresi cairan usus tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel usus. Cairan ini menyebabkan dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan ke bawah atau ke usus besar. Tetapi, ada pula bakteri yang mampu melakukan kedua infeksi tersebut.
6. Melalui jalur mana pun bakteri menginfeksi, akan menyebabkan gangguan sehingga kerja usus halus maupun usus besar abnormaldiare. Diare ada yang bercampur lendir dan darahdisentri.


Infeksi bakteri bila ditinjau secara khusus:
Tiga cara umum penginfeksian bakteri:
1. Kemampuan untuk menempel pada dinding mukosa usus. Untuk dapat menyebabkan penyakit, suatu bakteri harus mempunyai kemampuan untuk melekat pada dinding mukosa usus. Sebab, jika tidak, bakteri akan terbawa bersama aliran darah. Perlekatan ini dibantu olehadhesins (protein yang diekspresikan pada permukaan organisme).
2. Kemampuan untuk mensekresikan enterotoksin. Organisme yang bersifat enterotoksigenik memproduksi polipeptida yang menyebabkan diare. Polipeptida itu sendiri telah memiliki sifat sekresi sehingga memicu tubuh untuk menyeksresinya. Toksin akan disekresikan tanpa menyerang sel mukosa usus. Misal, Enterotoxigenic Escherichia coli menyebabkan traveler’s diarrhea,
Enterohemorrhagic Escherichia coli yang menyekresikan Shiga toxin. Shiga toxin  dalam bentuk sitotoksin menyebabkan nekrosis sel epitel.
3. Kemampuan untuk menginvasi. Contohnya Shigella dysentry yang menyebabkan kerusakan yang fatal pada sel epitel.

Escherichia coli
Morfologi: berbentuk batang pendek(kokobasil), gram negatif, ukuran
0,4-0,7 µm x 1,4 µm, sebagian motil dan berkapsul.  Cara penyerangan: endotoksin yang dibentuk(toksin LT, termolabil dan toksin ST, termostabil) dan kemampuan melekat pada usus halus. Perlekatan dengan\ perantara plasmid yang merupkan ciri khasnya.

Ada 5 strain penyebab diare:
1. Enteropathogenic E.coli(EPEC)
Terutama menyerang bayi dan anak-anak.
Pada usus halus, bakteri ini membentuk koloni dan akan menyerang vili
sehingga penyerapan terganggu.
2. Enterotoxigenic E.coli(ETEC)
--Patogenesis hampir sama dengan kolera.
Penyerangan dengan menghasilkan toksin, ada yang memiliki toksin LT saja,
ST saja ataupun keduanya.
Bakteri ini melekat pada sel mukosa usus halus dan menyeksresikan toksin.
3. Enteroinvasive E.coli(EIEC)
Patogenesis hampir sama dengan Shigella spp.
Bakteri ini menembus sel mukosa usus besar dan menimbulkan kerusakan
jaringan mukosa sehingga lapisan mukosa terlepas.
4. Enterohaemmoragic E.coli(EHEC)
Memproduksi toksin Shiga, sehingga disebut juga Shiga-toxin producing
strain(STEC).
Toksin merusak sel endotel pembuluh darah, terjadi pendarahan yang
kemudian masuk ke dalam usus.
5. Enteroaggregative E.coli(EAEC)
Bakteri ini melekat pada sel mukosa usus halus dan menghasilkan
enterotoksindan sitotoksin sehingga mukosa rusak dan mukus keluar bersama
diare.

Shigella spp.
Morfologi: berbentuk batang, gram negatif, ukuran 0,5-0,7 µm x 2-3 µm,
tidak berflagel.Spesies yang sering menyerang manusia: Shigella dysentriae,
Shigella sonnei, Shigella flexneri.
Patogenesis:
–Menghasilkan toksin LT.
Bakteri ini mampu menginvasi ke epitel sel mukosa usus halus, berkembang biak di daerah invasi tersebut.
Lalu, mengeluarkan toksin yang merangsang terjadinya perubahan sistem enzim di dalam sel mukosa usus halus(adenil siklase).
Akibat invasi bakteri ini, terjadi infiltrasi sel-sel polimorfonuklear dan
menyebabkan matinya sel-sel epitel tersebut, sehingga terjadi tukak-tukak kecil
di daerah invasi.
Akibatnya, sel-sel darah merah dan plasma protein keluar dari sel dan masuk ke lumen usus dan akhirnya keluar bersama tinjatinja bercampur lendir dan darah.
 
Salmonella spp.
Morfologi: berbentuk batang, gram negatif, ukuran 1-3,5 µm x 0,5-0,8
µm, tidak berspora, motil dengan flagel peritrik.

Spesies yang menyebabkan diare pada manusia:
Salmonella enteritis.
Patogenesis:
Menghasilkan toksin LT.
Invasi ke sel mukosa usus halus.
Tanpa berproliferasi dan tidak menghancurkan sel epitel.
Bakteri ini langsung masuk ke lamina propria yang kemudian menyebabkaninfiltrasi sel-sel radang. 

Staphylococcus spp.
Morfologi: berbentuk coccus, gram positif, diameter berkisar 0,8-1 µm, tidak berspora, non motil.
Patogenesis:
–Menghasilkan 4 macam toksin ST(toksin A/B/C/D)
Toksin dapat merusak mukosa usus dan menimbulkan diare. Toksin B juga dapat menyebabkan sekresi air dan elektrolit pada usus halus. 

Clostridium spp.
Morfologi: berbentuk batang, gram positif.
Spesies penyebab diare: Clostridium botulinum, Clostridium perfrigens.
Patogenesis:
Menghasilkan toksin LT
Toksin merangsang enzim adenilat siklase pada dinding usus yang
mengakibatkan bertambahnya konsentrasi cAMP sehingga hipersekresi air dan
klorida dalam usus.
Hal ini mengakibatkan reabsorpsi Na terhambatDiare.

Campylobacter jejuni
Morfologi: berbentuk koma, gram negatif, motil dengan flagel lofotrik, non
spora.
Patogenesis:
Menghasilkan toksin ST
Bakteri ini menginvasi dinding usus halus dan bisa masuk ke dalam aliran darah usus halus.
Menyebabkan inflamasi pada mukosa.
Jonjot usus halus memendek dan melebar.
Toksin akan menyebabkan nekrosis hemorhagik.

Yersinia enterocolitica
Morfologi: berbentuk batang pendek, gram negatif
Patogenesis:
Menghasilkan toksin ST.
Invasi ke dalam mukosa usus, membentuk plasmid perantara, dan menyekresikan toksin ST dan mengaktifkan kerja enzim adenilat siklase.
Sering menimbulkan gejala sistemik.
Vibrio choleraeMorfologi: Bentuk batang, gram negatif berbentuk koma dengan panjang 2-4 µm, membentuk koloni konveks, halus, dan bundar.
Patogenesis:
Bakteri tertelan dan masuk ke usus halus
Multipikasi dalam usus halus
Menghasilkan enterotoksin kolera yang mempengaruhi ATP
cAMP
peningkatan sekresi ion Cl ke lumen usus.
Hipersekresi akibat toksin.
Feses seperti air cucian beras.

Infeksi virus:
Cara penginfeksian virus secara umum:
1. Adsorpsi(Attachment)
Virus diabsorpsi sel inang melalui reseptor spesifik. Prinsipnya berdasar pada mekanisme elektrostatik dan dipermudah oleh ion logam terutama Mg2+. Tahap ini merupakan tahap inisiasi virus dalam memasuki sel inang.
2. Entry(Penetration)
Virus menembus sel. Genom virus memasuki sel. Membran sel mengalami
invaginasi sekitar virus partikel. Virus melekat dalam vakuola pinositik. Proses
ini dipengaruhi oleh suhu dan zat penghambat fagositosis.
3. Uncoating
Protein coat dari virus disingkirkan dengan bantuan enzim lisozim dari sel inang.
Asam nukleat bebas dan akhirnya masuk ke dalam sel dan membentuk mRNA.
4. Transkipsi
5. Translasi
6. Komponen virus dibentuk dalam sitoplasma dan nukleus sel inang.
7. Assembly(Penyusunan Kembali)
Sintesa baru molekul asam nukleat dan protein struktural maupun non struktural
menjadi partikel virus yang baru.
8. Release(Pelepasan)
Virus dilepaskan melalui budding membran sel.
9. Virus dapat menyebar dari satu sel ke sel lain tanpa ada virus yang dilepas keluar
sel.
10. Beberapa virus mampu menyatukan bahan genetiknya dengan genom sel inang
sel menjadi produktif.
11. Beberapa infeksi virus bisa bersifat abortif, sel yang mengandung virus akhirnya mati juga.
12. Perjalanan infeksi virus penyebab diare: Port d’entrée: fecal-oral, inhalasi
Invasi setempat pada epitel permukaan
Masuk ke dalam sirkulasi darah
Viraemi
Invasi hingga sel sasaranInfeksi sel-sel dalam vili usus halus
Berkembang biak dalam sitoplasma enterosit sehingga merusak mekanisme
transportnya
Sel yang rusak masuk ke lumen usus dan melepaskan sejumlah
besar virus
Diare
a. Virus menginfeksi lapisan epitelium di usus halus dan menyerang jonjot-jonjot(vili) usus halus. Hal ini mengakibatkan fungsi absorpsi usus halus terganggu.
b. Sel-sel epitel usus halus yg rusak diganti oleh enterosit yang baru, berbentuk
kuboid yg belum matang sehingga fungsinya belum baik.
c. Vili mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik.
d. Cairan makanan yg tidak terserap/tercerna akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus.
e. Terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yg tidak
terserap terdorong keluar usus melalui anus
diare osmotik dari penyerapan air dan nutrien yang tidak sempurna.


Patogenesis infeksi oleh protozoa:
Biasanya, manusia terinfeksi melalui kista matang dalam feses. Kista masuk melalui rute gastrointestinal. Kista tahan terhadap asam lambung sehingga bisa sampai ke usus halus. Dalam keadaan lingkungan yang mendukung, kista dapat berubah menjadi bentuk tropozoit yang patogen. Bentuk patogen inilah yang akan menginvasi sel mukosa ususdiare.
Bagian ini akan dijelaskan pada pertanyaan no.6 secara lebih spesifik.
Patogenesis infeksi oleh jamur:
Candida albicans
Infeksi jamur ini termasuk infeksi opportunistik. Artinya, dalam keadaan
normal, jamur ini tidak menimbulkan gejala penyakit. Tetapi, akan menginfeksi pada orang yang immunodepressed. Candida albicans hidup sebagai flora normal pada mukosa usus halus. Bila terdapat faktor  redisposisi, bakteri ini dapat menginvasi mukosa usus halus dan menimbulkan gejala diare.
Patogenesis infeksi oleh cacing:
1. Bentuk infeksius bisa bermacam-macam bergantung cacing apa yang
menginfeksi, bisa dalam bentuk telur matang maupun larva.
2. Infeksi bisa terjadi karena tertelan bersama makanan/minuman, transmisi vektor,
inhalasi, autoinfeksi maupun menembus kulit/jaringan subkutan.
3. Bentuk infeksius cacing kemudian akan mengembara dan melalui tahap lung passage terlebih dahulu, kecuali Trichinella spiralis.\
4. Melalui bronkus, trakea dan akhirnya sampai di laring.
5. Jika larva tertelan lagi, maka cacing akan mulai menginfeksi melaui rute gastrointestinal.
6. Cacing akan masuk ke usus halus/usus besar dan tumbuh menjadi cacing dewasa
7. Cacing akan mulai mengeluarkan toksin dan menginfeksi.

B. Sebutkan dan jelaskan port d’entrée mikroorganisme/parasit penyebab diare!
Secara umum, port d’entrée kuman dapat berupa:
Transmisi secara horizontal
Transmisi secara langsung(direct)
1. Feces-oral
Semua transmisi ini berhubungan dengan rute gastrointestinal.
Dapat terjadi karena tertelan makanan/terminum makanan/minuman yang
telah terkontaminasi feses yang mengandung bakteri.
Invasi pada usus halus terjadi karena lemahnya pertahanan tubuh pada saluran gastrointestinal tersebut. Hampir semua kuman masuk melalui jalur ini. Diantaranya adalah:
Bakteri: tertelan/terminum makanan yang terkontaminasi bakteri.
a. Tertelan makanan yang mengandung toksin. Toksin dapat berasal dari
Staphylococcus aureus, Vibrio spp., dan Clostridium perfrigens. Tertelan
ekostoksin(jenis neurotoksin)Clostridium botulinum.
b. Tertelan organisme yang mensekresikan toksin. Organisme ini
berproliferasi pada lumen usus dan melepaskan enterotoksin.
c. Tertelan organisme yang bersifat enteroinvasif. Organisme ini
berproliferasi, menyerang dan menghancurkan sel epitel mukosa usus.
Misalnya,
Escherichia coli, Salmonella spp., Bacillus cereus, Clostridium spp, Vibrio
cholerae, Campylobacter, Yersinia enterocolitica, Staphylococcus aureus.
Virus: tertelan melalui makanan 

Misalnya,
Echovirus, Rotavirus, Norwalk virus.
Protozoa: kista matang yang tertelan/terminum. 

Misalnya,
Entamoeba histolytica, Balantidium coli, Giardia lamblia, Cryptosporodium
parvum.
Jamur: flora normal pada esofagus, akan menginvasi usus pada pasien yang
immunocompromised.
 
Misalnya, Candida albicans.
Cacing: tertelan telur matang/larva yang mengkontaminasi
makanan/minuman.

Misalnya,
Ascaris lumbricoides, Strongyloides stercoralis, Trichuris trichiura.
 
2. Inhalasi/respiratory droplets
Penyebaran melalui kuman yang terhirup secara langsung ataupun tidak
sengaja terhirup/tertelan kuman yang dibatukkan.
Jarang atau bahkan tidak pernah sebagai media transmisi untuk protozoa, cacing dan jamur. Tetapi, sering berperan sebagai media transmisi untuk virus.
 
– Misalnya, Adenovirus, Mycobacterium tuberclosis.
Transmisi secara tidak langsung(indirect)
1. Arthropoda sebagai vektor
Yaitu arthropoda membawa bentuk infeksius dari kuman. Arthropoda dapat
mengkontaminasi makanan atau langsung menginfeksi manusia dengan gigitan.
2. Melalui cairan parenteral
Yaitu biasanya infuse parenteral yang diberikan di rumah sakit. Cairan intra-vena
bias saja terkontamintasi bakteri. Contohnya, Clostridium spp.
Transmisi secara vertikal
1. Transplasenta
2. Infeksi virus in utero
3. Transmisi melalui kontak seksual/transfusi darah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar